Perlu setahun untuk mengendapkan apa yang telah saya jalani
selama tiga tahun kebelakang, ketika saya berstatus sebagai pegawai swasta.
Lika-liku pekerjaan, pergantian pegawai, pemikiran tentang hidup, semua terasa
begitu berbeda sekarang.
Saat cara pandang saya berbeda tentang pekerjaan, saya jadi
teringat seorang teman dari Yogyakarta. Beliau bergabung hanya beberapa bulan
setelah saya. Beliau memiliki cara pandang yang menurut saya berbeda dengan
kebanyakan rekan kerja saya. Komentar saya dulu hanya, “kok gitu ya?”. Jika
diingat-ingat, sekarang komentar saya sangat jauh berbeda.
Beliau lah yang berada di jajaran terdepan menyuarakan
pulang harus tepat waktu. Jika kita datang tepat waktu, mengapa harus pulang
terlambat. Ketika beliau bekerja di Yogya, detik-detik akhir bekerja selalu
dinanti-nanti, karena itulah saatnya pulang. Berbeda sekali dengan di Bandung.
Ya, kultur tempat saya bekerja memang memiliki kelebihan jam bekerja, baik
disengaja ataupun tidak. Alhamdulillah , terakhir saya bekerja, jam pulang kami
lebih sering tepat waktu. Sampai-sampai ada perkumpulan “sekte teng-go”. Dulu
saya berpikir, kenapa sih harus pulang tepat waktu? Lebih sedikit ga apa-apa
lah. Tapi sekarang saya mengerti, ada hak orang lain terhadap kita yang
menanti. Orang yang menanti dirumah tidak peduli kita sibuk apa, ada
kepentingan apa, mereka hanya tau waktu ini adalah waktumu untuk kami.
Perbandingan kerja di Bandung dan Yogya tak hanya dari segi
waktu pulang. Beliau sering bercerita bahwa di Yogya, beliau merasa lebih bisa
berkarya. Komentar saya waktu itu hanya jangan samakan kami lah, beda donk
Bandung dan Yogya. Kalau ingat itu, sekarang saya merasa dulu saya sombong
sekali. Rasa-rasanya ada aura keangkuhan dari komentar yang itu. Keangkuhan
bahwa kantor di Bandung sibuk sekali,
kami adalah pionir, dsb. Astagfirullah,
mudah-mudahan dosa saya diampuni.
Saya teringat pertanyaan beliau kepada saya mengenai
ketidakmampuan saya mengemudikan kendaraan. Komentar saya dulu, “ga repot bu,
kan gampang ada angkot”. Sekarang baru saya mengerti ketika saya tinggal di
bukit. Susah kemana-mana. Sekarang saya belajar menjadi wanita yang lebih
mandiri.
Terima kasih untuk pembelajaran kehidupannya. Mudah-mudahan
semua ini menjadi pembelajaran bagi saya untuk menjadi lebih baik dan lebih
bijak.
No comments:
Post a Comment