Sunday, August 3, 2014

Tak usah meminta sebuah nama, apalagi memaksa. Cukuplah meminta yang terbaik untukmu.

Tak usah meminta sebuah nama, apalagi memaksa.
Cukuplah meminta yang terbaik untukmu.
Teringat sebuah pesan dari salah seorang guru ketika saya masih berstatus single. Beliau berpesan jangan maksa jodoh harus sama si A atau si B, belum tentu ia yang terbaik untukmu. Kira – kira begitulah pesannya.
Tak dipungkiri, hati ini pernah merasakan suka pada lelaki. Pesan yang membekas di hati, saya yakini untuk meminta orang terbaik untuk saya.
Ternyata sekarang, saya mendapatkan jodoh, seseorang yang tidak pernah terbersit dalam pikiran, untuk menjadi jodoh saya. Rasanya luar biasa sekali, saya merasa lengkap bersanding dengannya dan mudah-mudahan ia pun merasakan hal yang sama. Doakan agar keluarga kami berkah.
Tersisip sebuah doa khusus ketika saya berada dalam masa menentukan keputusan,
“Ya Allah, jika ia memang baik untukku,  jika aku memang baik untuknya. Jika ia baik untuk keluargaku, jika aku baik untuk keluarganya. Jika keluarganya baik untuk keluargaku, jika keluargaku baik untuk keluarganya. Jika keluarga yang akan kami bangun baik untuk agamamu, dekatkanlah ia, jadikan ia jodohku.” Allahu a’lam.

Ketika tabir misteri jodoh belum tersingkap atau belum siap engkau singkap, biarkanlah tabir itu tetap tertutup rapih. Tak perlu engkau intip, tak perlu engkau terka. Tak perlu engkau pasang sebuah nama untuk DP membuka tabir itu, apalagi kau ikat nama itu dengan lisan “aku akan menunggumu”.

Tuesday, April 29, 2014

Langkah awal Home Schooling

Kali ini tulisannya lebih terkonsentrasi  tentang pemikiran mendidik Za’im. Lucu kayanya bila suatu hari Za’im bisa baca tulisan ini. Siapa tau Za’im bisa menerbitkan buku dari tulisan ini. Hihi


Homeschooling usia dini

Hari ini saya mulai mencari tahu tentang homeschooling. Za’im usianya 1 tahun 3 bulan. Ternyata sudah ada indikator perkembangan anak yang dibuat dinas pendidikan. Ini bisa jadi acuan pembelajaran homeschooling buat saya. buat bunda yang berminat lihat daftar nya, bisa diklik disini.
Saya masih awam. Baru 2 jam baca mengenai home schooling.
Target selanjutnya setelah membuka wawasan tentang homeschooling, saya akan mempelajari indikator dan memetakannya agar hari-hari kami semakin menyenangkan dan berkah (karena ilmunya terus bertambah).

Yang tak kalah penting, saya ingin sekali sharing dengan bunda-bunda yang meng-homeschoolingkan anaknya. Domisili saya di bandung.

Thursday, April 10, 2014

KARENA KALIAN TELAH DEWASA

Karena kalian telah dewasa
Masih jelas ingatan ketika pertama kita bertemu, seragam putih abu, membuat lingkaran di mesjid, mata yang berbinar penuh keingintahuan, gelak tawa penuh keriangan, dan serbuan pertanyaan. Subhanallah, manis sekali kenangan itu.
Tak terasa setahun demi setahun kita berkumpul, pasang surut pertemuan, berbagai kesibukan dan aneka permasalahan kita lalui bersama. Ada yang datang, ada pula yang pergi. Alhamdulillah lingkaran ini bisa menjadi penghangat teras mesjid Salman dikala kalian telah memutuskan untuk selangkah lebih jauh meraih mimpi. Subhanallah, manis sekali kenangan itu.
Kini, kalian telah dewasa. Langkah kalian terus berlanjut. Satu demi satu mengubah status dari anak menjadi istri, dari istri menjadi ibu. Satu demi satu, insyaallah.
Ketika raga-raga ini sudah tak dapat menjadi lingkaran, khawatir itu muncul. Bagaimana kabar kalian? Tapi hati ini yakin, ada Allah yang menjaga.
Untaian kata mudah-mudahan dapat memiliki ruh yang sama dengan lingkaran yang dulu kita bangun dengan raga kita.

Peluk cium untuk semua.

Friday, March 21, 2014

Sedimentasi pemikiran

Perlu setahun untuk mengendapkan apa yang telah saya jalani selama tiga tahun kebelakang, ketika saya berstatus sebagai pegawai swasta. Lika-liku pekerjaan, pergantian pegawai, pemikiran tentang hidup, semua terasa begitu berbeda sekarang.
Saat cara pandang saya berbeda tentang pekerjaan, saya jadi teringat seorang teman dari Yogyakarta. Beliau bergabung hanya beberapa bulan setelah saya. Beliau memiliki cara pandang yang menurut saya berbeda dengan kebanyakan rekan kerja saya. Komentar saya dulu hanya, “kok gitu ya?”. Jika diingat-ingat, sekarang komentar saya sangat jauh berbeda.
Beliau lah yang berada di jajaran terdepan menyuarakan pulang harus tepat waktu. Jika kita datang tepat waktu, mengapa harus pulang terlambat. Ketika beliau bekerja di Yogya, detik-detik akhir bekerja selalu dinanti-nanti, karena itulah saatnya pulang. Berbeda sekali dengan di Bandung. Ya, kultur tempat saya bekerja memang memiliki kelebihan jam bekerja, baik disengaja ataupun tidak. Alhamdulillah , terakhir saya bekerja, jam pulang kami lebih sering tepat waktu. Sampai-sampai ada perkumpulan “sekte teng-go”. Dulu saya berpikir, kenapa sih harus pulang tepat waktu? Lebih sedikit ga apa-apa lah. Tapi sekarang saya mengerti, ada hak orang lain terhadap kita yang menanti. Orang yang menanti dirumah tidak peduli kita sibuk apa, ada kepentingan apa, mereka hanya tau waktu ini adalah waktumu untuk kami.
Perbandingan kerja di Bandung dan Yogya tak hanya dari segi waktu pulang. Beliau sering bercerita bahwa di Yogya, beliau merasa lebih bisa berkarya. Komentar saya waktu itu hanya jangan samakan kami lah, beda donk Bandung dan Yogya. Kalau ingat itu, sekarang saya merasa dulu saya sombong sekali. Rasa-rasanya ada aura keangkuhan dari komentar yang itu. Keangkuhan bahwa kantor di Bandung  sibuk sekali, kami adalah pionir, dsb. Astagfirullah, mudah-mudahan dosa saya diampuni.
Saya teringat pertanyaan beliau kepada saya mengenai ketidakmampuan saya mengemudikan kendaraan. Komentar saya dulu, “ga repot bu, kan gampang ada angkot”. Sekarang baru saya mengerti ketika saya tinggal di bukit. Susah kemana-mana. Sekarang saya belajar menjadi wanita yang lebih mandiri.

Terima kasih untuk pembelajaran kehidupannya. Mudah-mudahan semua ini menjadi pembelajaran bagi saya untuk menjadi lebih baik dan lebih bijak.

Monday, February 17, 2014

Kutitipkan Impian Bersamamu

pergi pagi pulang putang, begitulah aktivitasku tiap hari ketika masih berstatus gadis. semasa sekolah dan kuliah disibukkan dengan berbagai kegiatan bersama teman-teman. pulang ke rumah tinggal sisa tenaga dan kembali merancang persiapan untuk hari esok. semasa kerja terasa begitu bahagia, bagaimana tidak? itu impian sejak aku duduk di bangku sekolah dasar. tak pernah sedikitpun mimpi itu berubah. ketika cita-cita itu tercapai, rasanya begitu luar biasa.

Hingga akhirnya kuputuskan untuk merubah statusku menjadi nyonya. Istri dari suamiku tercinta. Ibu dari anakku tersayang. Tanggung jawabku pun berubah dan bertambah. Impian yang sudah digenggam  tak lagi sejalan dengan peran. Galau untuk memutuskan, yang mana yang kupilih? Aku memilih menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya.

Ada kesedihan tersendiri ketika harus melepas cita-cita yang sudah dalam genggaman. Berat rasanya. Tapi, inilah jalan terbaik untuk kami sekeluarga.

Suamiku,, telah kulepas mimpi ini.
Sekarang, kutitipkan impianku bersamamu.
Bawalah terbang setinggi-tingginya.

Sunday, February 16, 2014

EPISODE KULIAH YANG HAMPIR TAMAT

Hi yang disana sedang berkutat dengan antrian tugas kuliah dan TA nya...
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Lama rasanya tak berbincang, walau muka tak nampak, hati ini masih merasa dekat, mudah-mudahan sampai kelak di jannah.
Memantau perkembangan dari dunia maya, rasanya banyak yang telah dilewati. feeling happy, sad, angry, excited, sampe feeling dissapointed. Apapun perasaannya, mudah-mudahan selalu dalam lindungan-Nya.
Sekarang ade hampir sampai di ujung jalan satu episode kehidupan, perkuliahan. Yang namanya mau tamat, biasanya ceritanya lagi klimaks nih. Konfliknya lagi banyak, menguras banyak energi.
FOKUS de, stay calm, ada Allah yang jaga, ada doa dari orang tercinta yang mengiringi, ada malaikat yang mengamini, ada sahabat yang bantu. Ade juga harus bantu temen-temen pake doa dan usaha. Biar urusannya dimudahkan-Nya juga.
mudah-mudahan ending episodenya dapet rating tinggi alias sukses. sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan, dibalik kesulitan ada kemudahan.
Yuk kita saling mendoakan...
Semangat!

Monday, February 3, 2014

Tips Memilih Clodi

Secara teori, untuk jangka panjang clodi memang lebih murah daripada pospak. ini contoh perhitungannya:
Penggunaan pospak
( 365 hari x 2 tahun ) x (Rp 2.000 x 3 buah perhari) = Rp. 4.830.000
Penggunaan clodi
1 kali beli untuk dua tahun x 8 buah x Rp. 90.000 = Rp. 720.000
Tapi secara praktek ternyata tidak semulus itu. Clodi itu bermacam-macam jenis dan ukurannya. Kalau sudah beli dan ternyata terpakai hanya sebentar, rasa-rasanya sama borosnya.
Lho, memangnya apa yang membuat clodi hanya terpakai sebentar? Bukannya clodi itu terbuat dari kain dan bisa dicuci berulang-ulang?
ini dia penjelasannya
1. Ukuran
Ada dua jenis clodi berdasarkan ukuran. Ada yang one size, ada yang multi size. Jika bunda atau panda membeli yang one size, maka hanya dalam beberapa bulan clodi tersebut sudah tidak muat dipakai anak. Apalagi pertumbuhan bayi usia 0 – 24 bulan sangat pesat. Yang mungkin terjadi adalah bunda dan panda harus membeli clodi setiap beberapa bulan sekali.
Jika bunda memilih yang multi size perhatikan juga berat maksimal penggunaan clodi. Tiap merk memiliki batas maksimal yang berbeda. Ada yang sampai 13 kg, 15 kg, 16 kg, dan 20 kg.
2. Tipe
Yang saya ketahui, ada 3 tipe clodi. Velcro (perekat), kancing, dan pants. Jika bunda memilih tipe perekat dan kancing biasanya bermasalah ketika anak mulai lincah. Kalau bahasa iklannya, “menendang-nendang”. Akhirnya acara memakai clodi menjadi acara yang sangat meriah karena anak jarang mau berbaring lama ketika sudah lincah.
3. Ketekunan perawatan
Perlu perawatan khusus agar clodi bisa digunakan secara maksimal. Tiap lapisannya memiliki syarat dan ketentuan berlaku. Bagian karet tidak boleh dipelintir dan terkena air panas. Bagian inner harus tetap terjaga daya serapnya karena jika tidak maka clodi akan cepat bocor.
Jadi apa solusi untuk memilih clodi?
Saya rekomendasikan berdasarkan pengalaman saya dan cara pandang saya. Bila ada yang perpendapat lain, sangat diperbolehkan.
Pertama, pilih clodi yang bisa berbagai ukuran. Biasanya banyak kancingnya untuk menyesuaikan dengan pinggang dan berat anak.
Kedua, pilih yang tipe pants agar dapat digunakan hingga anak mandiri ke toilet. Tentu saja tipe pants yang ukurannya bisa disesuaikan dengan berat badan anak.

Ketiga, pelajari berbagai trik untuk merawat clodi. Clodi maksimal, anak senang, orang tua pun senang.